Wednesday, November 28, 2007

Pelajaran Kepemimpinan dari Bill Gates

William Henry Gates III atau lebih dikenal dengan Bill Gates membuat keputusan penting pada Senin, 5 Juni 2006 lalu. Dalam sebuah konfrensi pers di kantor pusat perusahan peranti lunak ini di Redmond Washington, salah seorang pendiri Microsoft Corporation ini mengumumkan pengunduran dirinya dari aktifitas operasional rutin Microsoft, yang akan berlaku efektif pada dua tahun mendatang. Setelah itu, Bill Gates akan memfokuskan aktifitas pada kegiatan filantropi melalui yayasan Bill & Melinda Gates yang didirikannya. Meski demikin, posisi sebagai Chairman (ketua) dan penasehat Microsoft tetap dipegangnya hingga waktu yang belum ditentukan.

Tidak ada yang istimewa sebenarnya dari pengumuman yang dibuat Gates ini. Boleh dikata, hal ini merupakan kelanjutan proses transisi yang telah berlangsung dalam beberapa tahun terakhir. Sebelumnya, pada Januari 2000, Bill Gates memilih menempati posisi baru sebagai Chief Software Architect (kepala arsitek perangkat lunak) dan menyerahkan tampuk kepemimpinan perusahaan (CEO) kepada Steve Ballmer. Ini berarti Gates memberikan kebebasan seluas-luasnya kepada sahabatnya ini untuk merestrukturisasi Microsoft, termasuk di dalamnya, pengelolaan keuangan, pemasaran produk Microsoft, pengembangan produk, penjualan, hingga perencanaan strategis, dengan gaya dan caranya sendiri, lepas dari pengaruh dan bayang-bayang Gates sang pendiri.

Dalam satu kesempatan wawancara dengan Majalah Fortune pada 2003 lalu, Gates mengaku bahwa pada saat itu, Ballmer telah menjadi orang nomor satu dan ia menjadi nomor dua. Meski Ballmer sebagai CEO telah melakukan berbagai perubahan terhadap perusahaan yang dulu dibangunnya bersama Paul Allen, Gates tidak terlalu memikirkannya, “Saya memiliki posisi yang kuat, dan saya juga memberi banyak rekomendasi hebat, tetapi sekarang keputusan ada pada Steve,” katanya merendah.

Kesediaan Gates untuk mundur dari posisi orang nomor satu, meskipun ia adalah pendiri perusahaan, menjadi suatu catatan menarik dalam sejarah bisnis. Memang, Bill bukan satu-satunya pebisnis yang menempuh jalan ini. Biasanya para pendiri perusahaan, senantiasa berusaha agar kepemimpinan perusahaan terus berada dalam genggamannya, dan bila perlu, diteruskan hingga anak cucunya. Namun, jika dilihat lebih jauh, upaya Gates ini merupakan langkah strategis agar Microsoft terus tumbuh dan berkembang, tanpa embel-ebel Gates di belakangnya. Maklum, hingga saat ini, sulit melepaskan nama Gates dari Microsoft. Ibaratnya Bill Gates adalah Microsoft, dan Microsoft adalah Bill Gates.

Langkah Gates ini membuat Steve Ballmer yang diserahi tugas memimpin perusahaan dengan karyawan berjumlah lebih dari 50 ribu orang di seluruh dunia saat itu, leluasa menjadikan Microsoft semakin mendunia. Dalam hal ini, keduanya ternyata memiliki chemistri yang cocok satu sama lain. Gates adalah pendiri cum visioner yang mengarahkan perusahaan ke masa depan, sedangkan Ballmer dinilai sebagai sosok pemimpin yang mumpuni dalam mengelola dan memimpin operasional perusahaan keseharian. Lebih menarik lagi, proses transisi ini berlangsung secara normal dan wajar. Sebelum didapuk sebagai CEO, Ballmer terlebih dahulu menempati posisi sebagai Presiden perusahaan selama satu setengah tahun.

Proses peralihan manajemen ini dalam sekejap terlihat memberi keuntungan pada keduanya. Dengan Ballmer di posisi puncak, Gates lebih bisa berkonsentrasi pada pekerjaan yang paling disukainya, mengembangkan berbagai produk Microsoft. Sedangkan Ballmer, fokus pada pengembangan bisnis Microsoft. Sebagai Chairman, tentu saja Gates masih menjadi tokoh yang suaranya didengar dalam setiap keputusan yang dibuat perusahaan, namun Saat itu Gates menyumbang 65% dari seluruh waktu yang dimilikinya untuk pengembangan teknologi sesuai perannya sebagai kepala arsitek. (Fortune, 2003)

Setelah proses transisi pertama yang dilakukan pada Ballmer berjalan sukses, transisi kedua dijalankannya pada Kamis 19 Juni lalu dengan menunjuk Ray Ozzie untuk mengantikan posisinya sebagai Chief Software Architect. Selain itu, Microsoft juga menunjuk Craig Mundie sebagai kepala penelitian dan strategi. Posisi keduanya sangat strategis. Ray Ozzie yang menggantikan Gates akan bertanggung jawab pada keseluruhan arsitektur produk yang akan diluncurkan Microsoft beberapa waktu ke depan. Sedangkan Craig Mundie, akan memimpin penelitian dan merencananakan strategi perusahaan di masa depan. Namun keduanya tak akan langsung dilepas begitu saja. Saat menghadapi masa persiapan pensiun (MPP) ini, Bill akan menjadi ’mentor’ keduanya selama dua tahun, sebelum kemudian melepaskan peran dan tanggungjawabnya secara resmi pada Juli 2008 mendatang. Pernyataan Bill memperkuat hal ini, "Saya masih berkomitmen penuh dan akan bekerja penuh di Microsoft hingga Juli 2008 dan akan bekerja berdampingan dengan Ray dan Craig untuk memastikan transisi ini berjalan lancar," kata Gates. "Saya sangat yakin jalan untuk Microsoft ke depan tetap terang seperti sebelumnya," ungkap Bill dalam siaran pers yang dikeluarkan Microsoft..

Dilaporkan tidak ada gejolak berarti yang muncul akibat pengumuman ini. Harga saham Microsoft di bursa tetap stabil, para pegawai Microsoft di seluruh dunia menanggapi rencana pengunduran dirinya dengan tenang dan nyaris tanpa gejolak. Menanggapi penggantian ini sebagai suatu hal yang biasa dalam perjalanan dan perkembangan perusahaan.

Bill Gates dan Microsoft sepertinya memang tak terpisahkan. Sebagai pendiri dan Chairman, boleh dikata Bill Gates adalah Microsoft, dan Microsoft adalah Bill Gates. Namun, kesan inilah yang nampaknya ingin dihapus Bill. Meski perusahaan yang didirikannya bersama Paul Allen pada tahun 1975 ini, dalam waktu yang tak terlalu lama telah tumbuh menjadi perusahaan teknologi terkemuka di dunia. Keberhasilan Microsoft mengantarkan para pendirinya menjadi manusia-manusia multi miliuner, dan juga mengantarkan Bill Gates sebagai manusia terkaya di dunia. Tapi begitulah, Gates sadar, bahwa kelanjutan Microsoft akan lebih baik jika berada tangan para profesional yang lebih memahami seluk beluk bisnis TI, terutama dalam mencermati dan mengantisipasi tuntutan yang semakin kompleks terhadap produk-produk Microsoft di masa depan.

Pengusaha Filantropis
Selain keberhasilan dalam proses transisi kepemimpinan di Micrsoft, keberhasilan Gates yang lain yang kemudian menorehkan tita emas adalah perannya sebagai seorang filantropis. Dalam bisnis, Gates boleh dikenang para pesaing dan lawan-lawan bisnisnya sebagai seorang yang keras dan tanpa kompromi, namun sebagai seorang filantropis, Gates dikenang sebagai sosok paling dermawan sejagat. Majalah Time pada awal tahun lalu menobatkannya sebagai Person of the Year. Penghargaan yang diraihnya bersama istrinya Melinda, dan vokalis kelompok musik U2, Bono.

Dengan kekayaan yang dimilikinya, Majalah Forbes mencatat, Gates adalah manusia terkaya nomor satu di dunia dengan kekayaan sebesar U$ 50 miliar. Dengan kekayaannya yang dimilikinya ini, Gates tidak lantas menjadi manusia paling glamor sedunia. Ia tidak menggunakan kekayaan yang dimilikinya, seperti kelakuan para diktator Afrika, atau penguasa sekaligus pengusaha cleptomania Asia yang kemudian menghamburkannya dengan membeli properti mewah di Prancis dan Inggris, atau mengoleksi puluhan mobil mewah untuk kesenangan hidup. Gates memang memiliki rumah senilai US$ 100 juta di pinggir danau di Washington, tapi peran gates yang paling nyata ditorehkannya sebagai filantropis, melalui Bill & Melinda Gates Foundation.

Melalui yayasan sosialnya ini, Gates bersama istrinya akan fokus pada persoalan kesehatan global, pendidikan dan pemberantasan kemiskinan. Majalah Time (Januari 2006), mencatat, dana yang disumbangkan Gates untuk aktifitas filantropisnya selama enam tahun terakhir mencapai angka US$ 29 milyar. Menjadikannya sebagai yayasan dengan sumbangan terbesar di dunia. Lewat aksi filantropisnya ini, Gates telah menolong 700 ribu orang di berbagai negara miskin melalui investasi dan dukungan penelitian di bidang vaksinasi kesehatan. Proyek pengembangan perpustakaan yang juga menjadi perhatian Bill dan Melinda telah memungkinkan akses internet dan komputer pada sekitar 11 ribu perpustakaan di Amerika Serikat. Sumbangan yang diberikan yayasan Bill & Melinda Gates, hampir sama dengan jumlah yang disalurkan lembaga kesehatan dunia WHO, setiap tahunnya.

Hebatnya lagi, aksi filantropisnya ini berasal dari sumber yang jelas, yaitu kekayaan pribadi Gates yang sebesar US$ 50 miliar. Asal muasal kekayaannya ini, tidak didapat Gates dengan cara-cara tak halal alias korupsi, melainkan melalui penguasaan pasar atas bisnis berbasis teknologi yang dikuasainya.

Kiprah Bill Gates dalam melakukan transformasi kepemimpinan, mungkin dapat menjadi contoh bagi para usahawan Indonesia. Kerelaannya untuk tidak terus menerus duduk di posisi nomor satu di perusahaan, dapat menjadi ukuran, bahwa aspek-aspek pengelolaan perusahaan dapat diserahkan kepada para profesional yang kompeten di bidangnya masing-masing. Para pendiri perusahaan, dapat terus menajamkan visi perusahaan ke masa depan, sembari menjalankan aktivitas sosial, berkiprah di bidang kemanusiaan. Mampukah para usahawan Indonesia melakukannya? semoga saja.(*)

Bandung, 06 Juni 2006

2 comments:

azfaAZ said...

bill gates bukan orang terkaya nomer satu lagi... sudah digeser...
wah postingan borongan nih.. satu hari langsung banyak...

Maulana Yudiman said...

Hehehe, sorry tulisan ini dibuat tahun 2006. baru dipublikasikan sekarang. makanya datanya (mungkin) enggak terlalu akurat. Anyway, thanks for comment, euy.